Alfamart Resmi Akuisisi Lawson Indonesia: Strategi Ekspansi Ritel Modern

Table of Contents

Pada pertengahan Mei 2025, industri ritel Indonesia dikejutkan dengan kabar akuisisi jaringan convenience store asal Jepang, Lawson, oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), perusahaan induk dari Alfamart. Langkah ini menjadi strategi ekspansi agresif Alfamart dalam memperkuat posisinya di pasar ritel modern Indonesia.

akuisisi lawson oleh alfamart
Akuisisi Lawosn Oleh Alfamart

Detail Transaksi Akuisisi

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 Mei 2025, AMRT mengumumkan telah mengakuisisi 1.484.855.160 lembar saham PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), entitas pengelola Lawson Indonesia, dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI). Nilai transaksi ini mencapai Rp.200,45 Miliar, dengan harga pembelian Rp.135 per saham. 

Dengan akuisisi ini, AMRT kini menguasai 70% saham LWS, menjadikannya pemilik mayoritas dan pengendali Lawson di Indonesia. Sisa saham LWS dimiliki oleh PT Amanda Cipta Persada (20,34%), PT Cakrawala Mulia Prima (4,83%), dan PT Perkasa Internusa Mandiri (4,83%).

Latar Belakang Lawson di Indonesia

Lawson, jaringan convenience store ternama dari Jepang, memasuki pasar Indonesia pada 31 Juli 2011 melalui kemitraan dengan MIDI. Untuk memperkuat kehadirannya, Lawson Indonesia kemudian berdiri sebagai badan usaha mandiri bernama PT Lancar Wiguna Sejahtera pada 12 Maret 2028, dan mulai beroperasi aktif secara independen sejak 1 Oktober 2018.

Hingga September 2024, Lawson Indonesia telah mengoperasikan 595 gerai yang tersebar di berbagai wilayah, menawarkan konsep toko modern dengan fokus pada makanan dan minuman siap saji serta fasilitas bersantap di tempat.

Strategi Bisnis Alfamart

Akuisisi Lawson oleh AMRT merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat posisi pasar melalui penguasaan multi-merek yang menyasar segmen konsumen berbeda. Dengan mengintergrasikan Lawson ke dalam portofolio bisnisnya, AMRT berharap dapat menjangkau konsumen yang mencari pengalaman berbelanja yang berbeda dari yang ditawarkan oleh Alfamart.

Corporate Secretary AMRT, Tomin Widian, menyatakan bahwa transaksi ini bukan merupakan bantuan kepentingan dan tidak memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPSI), sesuai dengan peraturan OJK.

Dampak Terhadap MIDI

Bagi MIDI, penjualan saham LWS merupakan langkah strategis untuk memperkuat fokus bisnis di sektor perdagangan eceran. Dengan melepas kepemilikan di Lawson, MIDI dapat menyederhanakan portofolio dan mengonsentrasikan sumber daya pada pengembangan jaringan inti mereka, seperti Alfamidi.

Dana hasil divestasi ini akan digunakan untuk mendukung opersional dan belanja modal perusahaan, memungkinkan MIDI untuk mempeluas jangkauan ritel berbasis kebutuhan harian dengan format dan segmen pasar yang telah terbukti memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan perusahaan.

Profil Djoko Susanto

Di balik ekspansi agresif AMRT adalah Djoko Susanto, pendiri dan pemilik Alfamart. Djoko memulai karier bisnisnya dari warung kecil di pasar tradisional Jakarta dan berhasil membangun kerajaan ritel yang kini mengoperasikan lebih dari 22.000 gerai di Indonesia dan sekitar 2.000 gerai di Filipina.

Berdasarkan data Forbes pada Mei 2025, Djoko Susanto memiliki kekayaan bersih sebesar USD 3,2 miliar atau sekitar Rp.57,43 triliun, menempatkannya di posisi ke-12 dari daftar 50 orang terkaya di Indonesia.

Prospek Industri Ritel Indonesia

Akuisisi Lawson oleh AMRT mencerminkan dinamika industri ritel Indonesia yang semkain kompetitif dan berkembang. Dengan pertumbuhan kelas menengah dan perubahan pola konsumsi masyarakat, permintaan akan convenience store yang menawarkan kenyamanan dan produk siap saji terus meningkat.

Langkah AMRT ini diharapkan dapat memperkuat posisinya dalam menghadapi persaingan dengan pemain ritel lainnya, seperti Indomaret dan Circle K, serta memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam.

Akuisisi Lawson oleh Alfamart merupakan langkah strategis yang memperkuat posisi AMRT di pasar ritel modern Indonesia. Dengan mengintegrasikan Lawson ke dalam portofolio bisnisnya, AMRT dapat menjangkau segmen konsumen yang lebih luas dan memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.

Sementara itu, MIDI dapat fokus pada pengembangan bisnis intinya, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperkuat posisi kompetitifnya di industri ritel.

Langkah ini mencerminkan dinamika industri ritel Indonesia yang terus berkembang dan kebutuhan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar guna mempertahankan pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis.

Sumber referensi : CNBC Indonesia, Okezone Economy, dan Kumparan Bisnis.

Post a Comment